"THE HOLIDAY (2006)"


Temaaaann..uda pada nonton film ini kah?? mungkin ada yang uda nonton yah..saya barusan aja nontonnya.
saya tertarik nonton film liburan Natal ini pas tau ada Cameron Diaz (as Amanda Woods) sm Jude Law (as Graham Simpkins).
*lagi-lagi demam Jude Law setelah "ALFIE" heu heu.. ^_^

Trs ada juga Kate Winslet (as Iris Simpkins), Jack Black (as Miles), dan Eli Wallach (Arthur Abbott).
---
Sedikit cerita ttg film ini..
Iris tinggal di Rosehill Cottage,daerah pedesaan Inggris yang pada saat itu sedang dipenuhi salju. Sedangkan Amanda adalah pemilik perusahaan periklanan & tinggal di rumah mewah penuh fasilitas di Los Angeles. Dua wanita yg tidak pernah saling mengenal sebelumnya ini, sama-sama mengalami kecewa oleh pasangan. Iris yang sudah sejak lama putus dengan kekasihnya, tapi tetap memberikan hatinya untuk pria itu, akhirnya mendapat kabar bahwa mantannya akan menikah. Kemudian kekasih Amanda yang selingkuh dengan sekretarisnya sendiri. Nah, menjelang liburan Natal, mereka masing-masing merencanakan pergi sementara waktu ke tempat lain untuk menenangkan diri. Tanpa sengaja Amanda menemukan rumah Iris yang memang dipasang di situs liburan.Amanda langsung menghubungi Iris, dan mereka sepakat untuk bertukar tempat tinggal selama 2 minggu.

Rosehill Cottage-kelihatannya serem, ternyata suasana di dalamnya hangat sekali ^_^

Di Rosehill Cottage, Amanda bertemu & jatuh cinta pada Graham, kakak lelaki Iris yang tiba-tiba datang tanpa tahu kalau tempat tinggal adiknya itu ditempati Amanda selama liburan. Begitu pula pertemuan pertama Iris dengan Miles di Los Angeles. Di sekitar rumah Amanda, Iris juga berkenalan dengan Arthur, seorang kakek pensiunan penulis naskah film yang sangat terkenal di Hollywood. Iris & Miles pun akhirnya bersahabat dengan Arthur. Mereka berdua berusaha membujuk & membantu Arthur untuk memenuhi undangan para pejabat yang ingin memberikan penghargaan kepadanya sebagai penulis naskah film terbaik. Karena sebelumnya, Arthur yang berjalan dengan alat bantu ini tidak pernah mau memenuhi undangan yang telah dikirimkan berulang-ulang kepadanya itu, dengan alasan bahwa dirinya tidak yakin mampu berjalan tegap tanpa alat bantu dengan usia rentanya di tengah para undangan. Namun dengan bantuan serta usaha Iris & Miles, akhirnya Arthur mau datang ke undangan tersebut dengan penuh semangat.
Eli Wallach-pemeran Arthur Abbott

Yakin deh lebih mantap nonton filmnya langsung daripada baca synopsisnya hehe..Bisa nonton selengkapnya tentang cerita lain dari Graham, Miles, Arthur, dan para pemeran lainnya yang ga kalah seru. Dalam film ini menegaskan bahwa "Anything can happen"..ya apapun bisa saja terjadi. Seperti mereka yang akhirnya dipertemukan dengan cerita tentang kehidupan masing-masing yang hampir sama, awalnya penuh kekecewaan & kesedihan, namun tetap bisa mendapatkan kebahagiaan seperti yang mereka harapkan. Selain itu, ada juga makna persahabatan dalam film ini.
---
The Holiday jadi film yang "hangat" buat ditonton..(saya nontonnya pas malam liburan..sendirian di kamar kost..hujan pula..lengkap dengan selimut & cemilan..jd hangat deh..haha).

Hmmm..nonton film apalagi yaaaa??? boleh deh bagi2 ke saya klo ada referensi film lain yang seru..okeh okeh..nuhuuuunn!! ^_^
(akoe/nieknuniek)

"GIGI 17th (chapter 2)"

 Susahnya Mengakomodasi KeinginanTV
Kemarin malam, 6 Desember, di kantor POS Entertainment, kami manajemen POS Entertainment kembali betemu GIGI. Kami bicara tentang konsep acara HUT 17 GIGI yang sudah dipastikan akan diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta pada 26 Mei 2011. Menajamen menyampaikan apa saja yang telah dilakukan selama ini, bagaimana hasilnya, apa hambatannya, dan upaya apa lagi yang akan dilakukan. Pendeknya semua informasi kami sampaikan, kabar baik dan buruk. Sebaliknya kami minta GIGI melakukan sejumlah hal, sehubungan dengan persiapan mereka untuk tampil kelak. Sebenarnya selama ini komunikasi antara manajemen dengan Armand, Budjana, Thomas, dan Hendy terus berjalan walau tidak secara formal, melalui telefon atau bicara langsung saat bertemu di kantor atau di suatu acara di luar kantor. Dalam setiap pembicaraan kami bertukar ide dan mencatat gagasan yang akan ditindaklanjuti.

Dalam pertemuan malam itu, kami –saya dan Dhani- bercerita bahwa minggu lalu kami bertemu dengan kepala divisi produksi salah satu stasiun televisi swasta, menawarkan acara HUT GIGI. Dalam hati kami berandai-andai, seandainya  dia tertarik, dan jika kami bisa memilih, kami akan minta acara ini di-tapping saja atau minimal siaran tunda. Kami mengindari siaran langsung sebab akan membuat jalannya acara tersendat-sendat, terpotong commercial break yang sangat tidak nyaman, tidak saja buat kami stage management, tetapi (terutama) juga buat undangan. Kepada teman kami itu kami bilang bahwa GIGI punya acara besar, HUT 17. Kami yakin dia akan tertarik dengan konsep acara yang kami buat. Bayangkan ada 4 konduktor/komposer besar Indonesia yang akan tampil dengan orkestra membawakan lagu-lagu GIGI (tentu saja). Kami juga membuka diri terhadap adanya bintang tamu. GIGI sudah setuju ada Tantri Kotak, walaupun ini tergantung pada Tantri sendiri. Selain itu ada beberapa nama lain yang sedang di jajaki. Perkiraan kami tidak salah, dia menyambut baik tawaran kami bahkan memberi apresiasi tinggi pada konsep acara. Tapi.. –saya selalu tidak suka dengan kata ini, terutama jika di depannya berupa punjian-  ia menyarankan kami memasukkan satu nama bintang tamu, yang menurut kami, tidak sesuai dengan konsep musik GIGI maupun orkestra. Sebenarnya nama yang diusulkan itu (sebaiknya tidak saya sebutkan disini) sedang naik daun, tapi ya.. itu tadi, secara konsep pertunjukan tidak cocok dan kami tidak ingin memaksakannya.

Padahal jika kami masukan nama itu (sebagai bintang tamu), hampir bisa dipastikan tawaran acara kami akan diterima. Sebab nama tenar itu memberi jaminan akan tingginya rating dan besarnya share acara. Kedua ukuran ini, seperti kita ketahui bersama, menjadi senjata TV untuk menarik pemasang iklan (baca: memperbesar pendapatan). Makin tinggi rating dan makin besar share suatu acara berarti makin besar pula penontonnya, dan makin banyak pula iklannya. Kami mencoba menawar, dan dia menyebutkan dua nama penyanyi lain. Tapi dua nama alternatif itu nilainya tidak sebesar nama yang pertama disebut, sehingga kemungkinan ditolak cukup besar. Kami tidak menyalahkan teman kami ini, bagaimanapun ia telah mencoba membantu, memberi jalan agar acara kita bisa disiarkan televisi. Pada akhir pertemuan kami bilang saran itu akan kami bicarakan dengan GIGI. Dan –sebagaimana sudah kami duga- Gigi langsung menolak usulan tersebut. Kami akan kembali menemui teman kami itu dengan membawa tawaran baru, jika tidak diterima juga kami akan menawarkan ke TV lain.

Masalah televisi ini sebenarnya tidak terlalu kami risaukan. Karena meskipun tidak ada TV yang mau, kami tetap akan melakukan tapping dengan produksi kami sendiri. Hasilnya akan kami jual ke produk untuk ditayangkan di TV atau digunakan untuk keperluan lain. Kalian pasti ingat video konser 11 Januari di Jogja yang disiarkan dalam HUT Indosiar dan jadi bonus di buku GIGI, bukan? Nah kurang lebih seperti itulah langkah yang akan kami tempuh.

Desain Panggung

Selain menginformasikan peluang masuk TV, kami juga menunjukkan desain panggung. Belum sempurna benar, karena ada beberapa komponen yang belum dimasukan. Jika tidak ada perubahan konsep yang radikal, sketsa ini bisa memberi gambaran akan seperti apa panggung GIGI di Istora nanti.

Ukuran panggung cukup besar, 24 X 18 meter, sebab ada orkestra yang terdiri dari 50 orang. Ada lidah yang menjulur dari kedua sisi panggung dan bertemu di tengah ruangan dan terus menyambung dengan panggung FOH, tempat mixer. Di sepanjang lidah akan dipasang lampu. Kami ingin lampu itu bisa bergerak mengikuti Armand atau siapa saja yang melintas di atasnya.

Desain lampu, screen, dan LED sudah mulai dikerjakan, bergitu juga materi visualnya. Untuk keperluan itu kami meminta GIGI menyerahkan repertoar lagu. Karena lama pertunjukan dua setengah jam, kami minta mereka menyiapkan sekitar 24 lagu yang terbagi dalam beberapa bagian menurut tema, maupun jenis musiknya. Pembagian segmen ini penting karena akan ada sesi akustik, disco, rock, dan mungkin jazz. Tergantung bagaimana konsep akhirnya nanti.

Ada juga part solo buat masing-masing pemain. Ini enaknya dengan GIGI yang personilnya punya keterampilan bagus. Kami percaya diri dengan konsep solo ini sebab yakin benar dengan skill Budjana, Thomas, dan Hendy. “Mudah-mudahan ini menjadi daya tarik selain bagian-bagian lain,” kata Dhani.

Sebenarnya masih banyak gagasan lain, tapi kami tidak bisa menceritakannya satu persatu, tidak sekarang, karena sejumlah alasan. Pertama konsep ini belum final dan masih terus digodog bagian kreatif bersama GIGI. Kedua, kalaupun kami sepakat dengan suatu konsep bintang tamu misalnya, dan ternyata bintang tamu yang kami inginkan tidak bisa tampil, kami tentu harus membuat penyesuaian. Ketiga, jika nanti ada sponsor, kami pasti harus mengakomodasi keinginan mereka, dan ini berarti mengubah konsep. Kami memang berusaha mencari sponsor, tapi tanpa sponsorpun kami tetap jalan. “Di Jogja kami jalan tanpa sponsor. Sekarangpun kami siap, ada atau tidak ada sponsor,” kara Dhani. Kalaupun ada sponsor kami ingin branding-nya tidak mengganggu konsep acara, khususnya untuk pertunjukkan di atas panggung.

Desain Logo

Selain semua urusan yang menyangkut konsep acara, kami juga tengah mencari logo buat acara ini. Kami telah menunjuk orang yang memang biasa membuat logo, dan telah menerima hasilnya, tetapi kami belum puas dan merasa ada sesuatu yang kurang. Jadi kami mencoba menggali kembali ide acara dan batasan-batasannya untuk mendapatkan hasil yang paling tidak mendekati keinginan bersama.

Armand dan Budjana juga akan mengontak teman mereka yang jago disain untuk membatu. Masalah ini kelihatannya sepele, tapi sebenarnya sangat penting karena semua materi promosi dan visual nantinya akan disesuaikan dengan logo ini.

Armand sempat mengusulkan untuk meperlombakan saja, tapi kami tidak setuju karena akan merepotkan dan kami mesti menyiapkan dana untuk hadiah yang julahnya pasti lebih besar dibanding jika kami membayar orang untuk membuatnya.

Jadi begitulah, kami terus bergerak, baik sendiri atau bersama-sama untuk menuntaskan acara ini. Kami juga akan melibatkan kalian, GIGIkita, pada waktunya nanti. Banyak pertanyaan yang kami terima yang menanyakan harga tiket untuk hadir di acara ini. Terus terang kami belum bisa menentukannya sekarang.
(dikutip dari :son/POSe)


Catatan buat GIGIkita: Kami menyarankan kalian untuk mulai menabung. Menyisihkan sebagian uang jajan & gaji kalian. Waktunya toh masih cukup lama. Kami ingin mengajak kalian mengambil bagian dalam sejarah GIGI. Salam.

"GIGI 17th (chapter 1)"

Tradisi Tahunan Yang Istimewa..

APA arti 17 tahun bagi kita? Sebuah momen penting yang menandai datangnya kedewasaan? Izin untuk menonton film romantik? Boleh membawa mobil karena sudah dapat SIM? Apapun itu, 17 tahun adalah gerbang imajiner penanda datangnya suatu fase baru dalam hidup kita. Suatu masa yang ditandai dengan hadirnya banyak kebebasan. Tapi sebagaimana setiap kebebasan, mengikut bersamanya tanggung jawab baru.

22 Maret 2011 GIGI berusia 17 tahun. Dan seperti semua orang, kami ingin memperingati saat instimewa itu dengan suatu yang istimewa juga. Untuk itu kami mulai menggagas konsep acara, mereka-reka bentuk panggung, mencari sesuatu yang unik, yang spesial, yang akan terus dikenang. Tentu saja kami -pertama-tama- harus menggalinya dari dalam diri GIGI sendiri. Melacak kembali perjalanannya sejak dibentuk pada 22 Maret 1994 hingga saat ini. Tapi terus terang saja kami kesulitan menemukan sutu yang spesial itu. Mungkin karena kami terlalu dekat hingga nyaris tak berjarak dengan GIGI. Kedekatan ini mengaburkan pandangan kami. Ibarat kamera, sulit sekali mendapatkan fokus pada jarak sedekat ini.

Kami memulai dengan pertanyaan, apakah GIGI merupakan band tertua yang masih terus berkarya? Jelas bukan, ada Slank yang kini sudah 26 tahun, lalu Dewa 19 yang walaupun menggunakan angka 19 usianya sudah 24 tahun? Belum lagi God Bless, atau bahkan Koes Plus. Usia jelas bukan suatu yang istimewa bagi GIGI.

Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah ada album GIGI terjual lebih dari satu juta kopi? Inipun jawabnya juga tidak. Tidak ada satupun album GIGI yang terjual lebih dari 1 juta kopi. Angka terbaik penjualan album GIGI adalah 700 ribu kopi untuk album Andai dan 650 ribu untuk album 3/4. Memang jika dijumlah dari seluruh 17 album yang telah dirilis, angka itu bisa lebih dari 3 juta kopi. Untuk urusan angka penjualan ini, Sheila On7, Padi, dan Peterpan, adalah jawaranya. Merekalah pemegang predikat band jutaan kopi, walaupun 3 tahun terakhir ukuran itu sudah tidak relevan lagi sebab angka penjualan CD/kaset jatuh hingga ke titik nadir.

Bagaimana dengan angka penjualan RBT? Dalam hal inipun GIGI tidak masuk hitungan. Juara RBT adalah Wali, Kangen, Mata, dan Samsons. Mereka mencetak rekor di atas sepuluh juta download untuk beberapa single atau seluruh lagu dalam albumnya. Hasil terbaik RBT GIGI adalah lagu 11 Januari, sebesar 2 juta download.

Produktif dan Konsisten

Jadi apa dong yang bisa dibanggakan dari GIGI? Mungkin memang tidak ada yang bisa di banggakan, tidak dengan ukuran-ukuran kuantitatif seperti itu. Kalaupun harus disebutkan, mungkin produktifitas dan konsistensi dalam bermusik yang bisa sedikit kami banggakan. Selama 16 tahun berkarya, GIGI telah menghasilan 17 album, yang terdiri dari album reguler, religi, the best, dan live in concert. Selain itu ada sejumlah single. Artinya rata-rata setiap tahun Armand, Budjana, Thomas, dan Hendy mengeluarkan lebih dari satu album. Lagu-lagu GIGI juga cukup banyak yang digunakan dengan jingle iklan, ilustrasi dan lagu tema film dan sinetron. Tapi bukan itu yang jadi alasan kami menggelar acara HUT 17 ini dengan istimewa, tetapi karena kami punya tradisi yang tetap kami pertahankan.

Sejak 4 tahun lalu kami POS Entertainment, lebih khusus lagi Dhani Pette, bertekad menggelar konser tunggal atau acara spesial lainnya buat GIGI setiap tahun. 11 Januari 2008 kami menggelar konser tunggal di Stadion Mandala Krida Jogja. Dengan jumlah pengunjung lebih dari 40 ribu, konser itu dinobatkan Majalah Rolling Stones sebagai konser outdoor terbaik.

Tahun 2009, tepatnya 31 Maret, kami menggelar acara ulang tahun sekaligus peluncuran buku biografi GIGI yang ditulis Adib Hidayat di Jakarta Theatre. Di acara itu kami menggundang para penyanyi seperti Ariel Peterpan, Bams Samsons, David Naif, Andi /Rif, dan Afgan dan banyak lagi yang lain serta menggelar pameran benda memorabilia GIGI.

Tahun 2010 ini kami absen dari rencana menggelar konser tunggal di 5 kota besar yang diakhiri dengan konser besar di Jakarta. Banyak alasan yang membuat HUT 16 GIGI tidak jadi dilangsungkan. Kedengarannya klise memang, tapi sungguh alasan itu adalah padatnya jadwal manggung dan kesibukan GIGI yang lain. Tapi kita lupakan saja kegagalan itu. Yang jelas program tahun lalu itu akan kami laksanakan tahun ini, pada HUT 17, dengan tambahan acara berupa workshop ke kampus-kampus. Workshop itu berbicara tentang kiat menyelenggarakan pagelaran musik. Kami akan mengundang orang-orang yang kompeten di bidang produksi untuk berbicara, seperti Toto Arto dari Etcetera, Koko dari Deteksi, atau Andri Subono dari Java Musikindo.

Sementara itu untuk acara puncak di Jakarta, kami sudah mem-booked gedung Istora Senayan untuk pemakaian tanggal 26 Mei 2011. Tanggal tersebut sebenarnya bukan pilihan terbaik, sebab sebenarnya kami ingin acara diselenggarakan 22 April 2011, tepat sebulan setelah HUT GIGI. Tapi karena padatnya jadwal Istora, kami mendapat tanggal 26 Mei. Selain tanggal yang harus disesuaikan, Istora juga tidak masuk dalam pilihan pertama kami. Dhani inginnya HUT 17 GIGI diselenggarakan di JCC. Tapi setelah mempertimbangkan berbagi hal, termasuk kesesuaian dengan konsep serta harga sewa yang kelewat mahal, akhirnya JCC kami coret. Pilihan lain adalah Balai Kartini, tapi inipun akhirnya kami sisihkan.

“Istora rasanya lebih pas untuk jenis musik GIGI yang pop-rock. Kita perlu memberi wadah lebih besar buat penonton bergoyang, tidak hanya duduk di kursi,” kata Dhani.

Sekarang kami sudah punya tanggal pasti, yaitu 26 Mei 2011. Kini kami berkonsentrasi pada penyusunan konsep acara. Inilah yang saat ini kami bahas dengan intens. Beberapa ide tentang panggung dan konten acara tengah kami kumpulkan, untuk dipilih yang terbaik pada waktunya.
(dikutip dari: son/POSe)

Catatan buat GIGIkita, kami menyarankan kalian untuk mulai menabung. Menyisihkan sebagian uang jajan & gaji kalian. Waktunya toh masih cukup lama. Kami ingin mengajak kalian mengambil bagian dalam sejarah GIGI. Salam.

"Aksi Band--The Crew--di Panggung GIGI"

DALAM beberapa cerita yang saya tulis sebelumnya, saya menggambarkan kru GIGI saat ini sebagai the dream team. Ini bukan penilaian saya, tepi pendapat dari GIGI sendiri melalui Armand Maulana, tapi saya sepakat dengan penilaian itu. Pur dan Narto (keduanya sound man), Aji, Puput (almarhum), dan Muning, ditambah Iis dan Riski (personal dan road menager) adalah kombinasi tim yang ideal ditinjau dari kompetensinya menjalankan tugas.

Pur dan Narto, misalnya, keduanya mantan pekerja rental yang mahir dengan rutting kabel dan menata mikrofon. Pur sendiri tahu musik, bahkan pernah mengajar gitar elektrik di sekolah musik Minerva di Surabaya. Tapi kita tidak berbicara tentang hal itu sekarang. Kali ini saya akan menunjukkan seberapa besar kemampuan Aji, Puput, dan Muning dalam bermain musik. Apakah benar kemampuan mereka seperti yang kita dengar sebelumnya.

Sebagai gambaran, sebelum kita melihat videonya, Muning dulu pernah punya band sendiri namanya Klarinet, mungkin kalian tahu atau pernah dengar nama itu (saya sendiri nggak pernah dengar he..he..). Sementara Puput, seperti kita ketahui bersama -selain jadi kru GIGI- dia adalah gitaris Solitaire Addict, band baru bentukan Thomas Ramdhan.

Lalu bagaimana dengan Aji? Saya terus terang nggak tahu bagaimana latar belakang bermusiknya, yang jelas Aji cukup piawai bermain gitar. Sebagai mantan orang rental seperti Pur dan Narto, selain punya kemampuan rutting, Aji juga bisa memperbaiki alat band yang bermasalah.

Melihat portofolio ketiga orang ini, mestinya main musik bukan masalah besar buat mereka. Tapi jangan salah, sekadar main itu sangat berbeda dengan main bagus dan benar. Karena tahu persis kemampuan The Three Musketeer ini, Armand, Budjana, Thomas, dan Hendy tidak ragu menyerahkan panggung mereka kepada mereka. Ini terjadi pada acara As U Like It pada 31 Juli 2010 di hall room Hotel Gumaya, Semarang. Di salah satu segmen acara, GIGI tiba-tiba mendaulat Puput, Aji, dan Muning naik kepanggung, memainkan sebuah lagu, apa saja tidak harus lagu GIGI, terserah mereka. Setelah terkejut dan kebinggungan sejenak dengan permintaan yang tiba-tiba dan tidak biasa itu, mereka mulai berunding. Tak lama kemudian mengalunlah lagu “Kembalilah Kasih” disaksikan 400 penonton yang duduk lesehan di sekitar panggung (sebenarnya bukan benar-benar panggung, hanya level setinggi 30 cm). Tanpa canggung mereka memainkan lagu ini sampai selesai.

Kembalilah kasih

Kita harus bicara

Ku tahu kau ragu

Kepada diriku..


Semula suara Puput tersendat, saya menduga kunci yang dipakai terlalu rendah untuk suaranya, tapi selanjutnya berjalan dengan lancar. Sebenarnya memainkan lagu-lagu GIGI seperti Nakal, 11 Januari, Perdamian, Pintu Sorga, dan lagu lainnya sudah biasa mereka lakukan saat sound check. Begitu juga lagu-lagu band lain, tapi main serius di hadapan penonton, dipanggung resmi seperti As U Like It ini baru pertama kali mereka lakukan. Meski demikian part-part solo gitar, dan bas berjalan dengan mulus (lihat video).


Minta Video dari EO
Dalam cuplikan video ini, Armand, Budjana, Thomas, dan Hendy yang antusias memberi dorongan di belakang mereka, membuat Puput, Aji, dan Muning makin bersemangat. Dan “Kembalilah Kasih” berjalan mulus hingga akhir lagu. Bagi kami ini peristiwa yang sangat langka. Karena itu kami mencoba mendokumentasikannya. Kami minta video kru GIGI ini ke Kilau, EO acara.



Pada mereka kami bilang bahwa ini kenang-kenangan terakhir kami dengan almarhum Puput yang telah pergi mendahului kita pada 4 September lalu dalam sebuah kecelakaan mobil di tol Cipularang. Setelah menunggu cukup lama, minggu lalu kami menerima cuplikan video ini. Ini pula alasannya mengapa tulisan ini baru saya buat sekarang. Saya ingin kalian tidak hanya membaca ceritanya, tapi juga melihat videonya.

Dalam video itu Puput yang memainkan bas sekaligus menyanyi, terlihat sangat gembira. Panggung tentu saja bukan suatu yang baru buat Puput yang lumayan sering tampil bersama Solitaire Addict. Bagitu juga buat Muning yang punya pengalaman bersama Klarinet. Sedangkan bagi Aji, dengan kemampuannya bermian gitar, tampil dimuka tampaknya bukan masalah besar.

“Panggung As U Like It memungkinan kami berbuat spontan untuk menghangatkan suasana. Dan kami melihat kemampuan mereka sangat bagus, jadi mengapa tidak menyerahkan panggung kepada mereka,” kata Thomas. Mungkin ini satu-satunya acara dimana kru memainkan satu lagu lengkap di panggung pertunjukan utama.

Sebagai tambahan informasi, selain mamastikan alat-alat GIGI berjalan dengan sempurna, dalam waktu senggang, Aji, Muning, Puput, dan Pur biasa belatih di studio POS, bermain musik dan menciptakan lagu.

Seringkali secara bergurau saya menyarankan kepada mereka untuk membuat band. “Buat saja band, kasih nama The Crew.” Sekilas mungkin terkesan bercanda, tapi sebenanrnya saya serius. Bagi saya naik kelas itu bagus buat siapa saja, termasuk buat para kru.
(dikutip dari: son/POSe)

"Jambore GIGIkita Indonesia"

MUNGKIN ini baru pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia, kami tidak tahu, yang jelas pada 12 hingga 14 Februari 2010 (jika tidak ada perubahan) Gigikita dari seluruh Indonesia akan berkumpul di Jogja untuk menggelar jambore. Begitu di sounding panitia, kami dari manajemen POS Entertainment langsung menyatakan persetujuannya dan mendukung acara ini. Begitu juga Hendy, Thomas, Budjana, dan Armand.

Kerena telah mendapat lampu hijau dari manajemen dan Gigi, Oniel cs yang mengagas acara ini langsung bergerak. Ia mengontak komunitas Gigikita dari berbagai daerah, membuat akun facebook, dan mencetak leaflet untuk manjajaki kemungkinan partisipasi mereka di acara ini. Sejauh ini respon cukup positif datang dari Gigikita Jakarta, Bogor, Bandung, Sukabumi, Tasikmalaya, Karawang, Semarang, Surabaya, Makassar, dan masih banyak yang lain. Koordinator tiap-tiap kota juga sudah ditunjuk.

Walaupun berlabel “Jambore Gigikita Indonesia”, bukan berarti yang belum menjadi anggota Gigikita fans club tidak bolah ikut. “Kami justru berharap akan ada banyak wajah baru yang ikut berpartisipasi sehingga keanggotaan kami jadi makin luas. Selain itu mereka yang selama ini ngefans sama Gigi tapi belum terdaftar bisa kami daftar dan kami buatkan kartu anggota,” kata Oniel.

Di proposal yang kami terima disebutkan bahwa jambore ini akan diselenggarakan bumi perkemahan Sinolewah Jogja. Sebagaimana layaknya acara jambore, kami tidak sekadar berkumpul, tetapi melakukan berbagai kegiatan seperti outbound, lava tur, api unggun, games, dan pertunjukan musik Gigikita. Untuk yang terakhir ini mungkin ada baiknya jika kami cerita sedikit tentang band-band bentukan Gigikita di berbagai daerah.

Setidaknya Gigikita Jakarta, Bandung, dan Jogja punya band dan telah berberapa kali tampil di berbagai kesempatan. Band Gigikita Jogja dan Bandung bahkan pernah menggelar acara Gigi’s Nite di kafe setempat, tanpa kehadiran Gigi namun tetap sukses. Nah band-band inilah yang diharapkan akan memeriahkan acara jambore.
Kebersamaan GIGIkita Indonesia

Ibukota Gigikita

Jogja memang istimewa bagi Gigi. Mungkin kita masih 11 Januari 2008, Gigi menggelar konser tunggal di Stadion Mandala Krida yang dihadiri lebih dari 50 ribu orang. Konser di dinobatkan Majalah Rolling Stone Indonesia sebagai konser terbaik tahun itu.

Ini bukan satu-satunya catatan sejarah Gigi di Jogja. Kota pelajar ini juga tercatat sebagai kota pertama Gigi manggung di luar Jakarta, dulu sekali. Dari Jakarta Gigi berangkat dengan kereta api untuk tampil di Kridosono.

Melihat lokasinya yang jauh dari markas Gigi, agak mengherankan sebenarnya jika Jogja menjadi basis terkuat Gigikita diikuti oleh Bandung dan Jakarta, Surabaya, Semarang, Makassar, dan Banjarmasin. Tapi begitulah kenyataannya. Kami tentu saja sangat gembira dengan fakta ini.

Jika Jakarta adalah ibukata Negara, maka Jogja bolehlah diibaratkan sebagai ibukatanya Gigikita Indonesia. Lokasinya yang terletak di tengah Pulau Jawa, membuat Jogja mudah dijangkau dari seluruh pelosok Jawa. Yang dari Surabaya, Jakarta, dan Bandung tidak terlalu berat menjangkau Jogja.

Tetapi lepas dari itu semua, demografi Jogja sebagai kota pelajar membuatnya menjadi tempat berkumpulnya pemuda dari seluruh Indonesia. Ini sangat menguntungkan buat kami, karena kami jadi punya kader-kader pengembangan Gigi di daerah. Dan memang inilah yang terjadi, setelah lulus kuliah di Jogja, Gigikita itu menjadi agen pengembangan dan penggerak Gigikita di daerahnya.

Karena itu tidak mengherankan jika Gigikita punya basis kuat di banyak kota di Indonesia. Tidak hanya itu mereka juga teikat dalam jaringan komunikasi yang intens dengan sesama Gigikita di seluruh Inonesia.

Kembali ke Jambore Gigkita, kami dari pihak manajemen berharap rencana itu bisa terwujud sehingga ikatan kekeluargaan kita jadi makin kuat. Salam.
(dikutip dari: son/POSe)

"Ruwet"

maaf ku tlah jatuh hati padamu
kutak bisa menahan rasa ini
rasa yang tak pernah kuharapkan
rasa yg telah kuhapus dari hidupku

teringat saat pertama kita bertemu
drimu membuat q terdiam dan terpana
tak prnah kusangka ku akan jatuh dipelukmu

tapi kini kutau smw itu hanya sia2
karna km sudah ad yg pny
walau harus melalui jalan yg berliku
akan kutunggu dirimu
karna kuyakin dengan cinta
yang aku rasakan

by Priya Pratama on Tuesday, April 6, 2010 at 7:17pm
*nilep part 3

"smw karna kebetulan 2"

lanjutan dari smw karna kebetulan 1

semakin kesini pearasaan ini semakin kuat
tapi smakin tidak yakin apakah dia juga merasakan hal yg sama
mungkinkah firasat ini benar jika ini hanya bertepuk sebelah tangan
ato mngkinkah ini teguran Allah atas ap yg telah kuperbuat dimasa lalu

diriku yg slalu yg tak pernah menghargai sesuatu yg namanya cinta
diriku yg slalu menyianyiakan sesuatu itu,haruskah q mendapat balasan lg....
ap masih blm cukup smw rasa sakit yg telah kurasakan selama beberapa tahun....
jika memang smw ini adalah untuk membuat q jera...membuat q bisa lebih mnghargai cinta smw ini akan kutrima dengan senang hati tapi dia memang benar2 berbeda

mngkin dia tidak secantik n sebaik seseorang yg prnah mngisi hari2Q dimasa lalu
tapi ad sesuatu yg membuat km begitu istimewa buatQ dan sampai skrng q tak tau itu...
kau sudah merubah smw pandanganQ tetang mahkluk yg bernama wanita.......

smoga km bisa membaca tulisan ini dan mngrti smw yg aku rasakan saat ini.............

by Priya Pratama on Monday, April 5, 2010 at 8:08pm
*nilep part 2

Design by WPThemesExpert | Blogger Template by BlogTemplate4U